Mantan Chief Operation Officer (COO) PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) Tigorshalom Boboy berpendapat Stadion Kanjuruhan lebih baik menjadi monumen.
Ia tak menolak rencana Presiden RI Joko Widodo yang ingin meruntuhkan stadion berkapasitas 42 ribu penonton itu. Tapi Tigor menilai Stadion Kanjuruhan sudah telanjur menyimpan memori kelam tentang sepak bola.
“Saya menyorotinya adalah Kanjuruhan ini sudah sulit [jika dipakai lagi] ya. Saya sebagai pesepakbola misalnya, akan sulit untuk bisa bermain lagi di stadion yang mencatat tragedi terburuk sepak bola Indonesia. Mungkin bisa jadi monumen saja,” kata Tigor kepada CNNIndonesia.com.
“Karena secara moral dan psikologis sudah terpengaruh. Kecuali memang mau dibangun stadion di daerah situ, tapi tidak dibangun di titik yang sama,” ujarnya melanjutkan.
Tigor mengutarakan jika stadion harus direnovasi agar memenuhi standar FIFA, maka akan muncul kesulitan terkait hak milik stadion.
“Ini momen yang bagus untuk semua. Tapi kesulitannya juga yang punya stadion bukan klub. Kalau dipaksa klub untuk merenovasi pasti ada kesulitan sendiri-sendiri. Memang sudah jadi tugas pemerintah untuk melakukan ini,” kata dia.
Tigor mengusulkan stadion dikelola sebuah badan spesifik seperti PT Angkasa Pura yang mengelola bandara di Indonesia. Menurutnya hal tersebut bisa meningkatkan sekaligus menyamaratakan standar stadion nasional.
“Bahkan saya punya ide untuk stadion di Indonesia dibuat seperti bandara yang pengelolanya adalah badan sendiri, misalnya Angkasa Pura. Jadi seperti [Stadion Utama] GBK [Gelora Bung Karno] juga,” katanya.
|
Sementara perihal Liga 1 yang direncanakan bergulir pada 25 November, Tigor berharap perwakilan FIFA yang berkantor di Indonesia ikut serta dalam proses verifikasi stadion.
“Minimal mereka [FIFA dan AFC] bisa kirim orang untuk ikut verifikasi. Jadi harus dimanfaatkan juga kehadiran FIFA dan AFC selama di sini,” ucapnya.
[Gambas:Video CNN]
(ikh/nva)
Sumber: www.cnnindonesia.com