Jakarta, CNN Indonesia —
Kakeknya adalah Muhammad Ali, legenda tinju dan atlet paling terkenal di dunia. Namun Biaggio Ali Walsh memutuskan banting setir menjadi atlet Mixed Martial Arts (MMA) setelah sempat berkarier sebagai atlet American Football.
Biaggio adalah salah satu cucu legenda tinju dunia, Muhammad Ali. Atlet 24 tahun itu merupakan anak dari pasangan Robert Walsh dan Rasheda Ali.
Dunia bela diri, terutama tinju, sudah mendarah daging dalam keluarga Biaggio. Adiknya, Nico Ali Walsh, adalah seorang petinju profesional. Begitu juga dengan sang bibi, Laila Ali.
Awalnya pria kelahiran 4 September 1998 itu menjajaki American Football ketika masih bersekolah dan pernah membela sebuah tim di Nevada, Las Vegas.
Namun pada September 2022, Biaggio menyita perhatian usai menandatangani kontrak profesional dengan Professional Fighters League (PFL).
Dalam wawancara eksklusif dengan CNNIndonesia.com, Biaggio mengungkap alasannya memilih MMA ketimbang tinju.
Tak hanya itu, Biaggio juga menceritakan potongan-potongan memori indah bersama sang kakek, Muhammad Ali.
Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Biaggio Ali Walsh:
Bisa dijelaskan jalur karier Anda sebagai atlet? Awalnya Anda berkarier sebagai American Football?
Ya, saya pernah bermain [American] Football di SMA, saya bermain di sebuah tim di Nevada, Las Vegas. Itu adalah tim yang sangat bagus, tapi saya tidak pernah mendapat kesempatan di sana. Saat itu saya hanya mencoba untuk tetap bermain di tim kampus dan terus berusaha.
Saya sempat tidak tahu hidup saya akan seperti apa nantinya, karena itu saya mencoba berlatih MMA dan jatuh cinta dengan olahraga ini.
Biaggio (kiri) bersama sang ibu, Rasheda Ali-Walsh, dan adiknya, Nico. (Ethan Miller/Getty Images for Caesars Palace/AFP)
|
Saya mulai berlatih MMA sejak usia 21 tahun dan saya sekarang memilih jalur karier ini. Saya menatap ke depan.
Kakek Anda legenda tinju, adik Anda juga petinju. Kenapa pilih MMA?
Saya sudah menonton MMA sejak SMA, saya menonton UFC. Saya sudah menonton Conor McGregor saat juara di kelas bulu. Saya jatuh cinta pada seluruh aspek pada bela diri yang banyak bermain dengan tangan dalam sebuah pertarungan.
Saya jatuh cinta dengan ide itu. Saya adalah penggemar MMA dan senang sekali bisa ada di olahraga ini.
Rekor Anda satu menang, satu kalah. Menang lewat strike, tapi kalah lewat submission. Apakah Anda lebih suka pertarungan langsung daripada grappling?
Ya, saya suka strike tapi saya juga akan mengedepankan grappling. Saya latihan strike, tapi saya sekarang juga latihan grappling dan mulai suka dengan grappling, semoga saya bisa terus berkembang.
Siapa petarung MMA favorit Anda? Conor McGregor? Khabib Nurmagomedov?
Saya pikir masih sulit dipercaya. Favorit saya adalah Petr Yan, dia adalah mantan petinju dan saya sangat menyukai gayanya. Dia sangat pintar dalam perhitungan saat bertarung.
![]()
|
Rasanya seperti apa membawa nama Ali dalam diri Anda?
Rasanya normal. Saya hidup dengan nama ini sepanjang hidup saya, termasuk ketika bermain [American] Football. Saya sudah menjalani beberapa wawancara dan ditanya soal kakek saya. Anda tahu awalnya saya merahasiakan [nama Ali]. Tapi ketika saya bermain bagus di Football, banyak orang yang mulai mencari tahu tentang saya. Mereka mencari melalui website sekolah siapa saya.
Bagaimana Anda melihat sosok Muhammad Ali?
Saya dan adik saya memanggilnya ‘Poppy’ karena dia kakek saya. Ketika saya mendengar nama Muhammad Ali, saya melihat sosok ‘Poppy’, sekaligus orang yang menjadi bagian dari diri saya. Dia adalah ikon yang banyak diketahui orang, tidak hanya di tinju, tapi juga sebagai manusia.
Ketika saya menjabat tangannya, saya membayangkan ‘Ini adalah tangan yang menumbangkan George Foreman’. Itu gila. Tapi di saat yang sama dia adalah kakek saya, memang rasanya sedikit aneh karena dia adalah ikon sekaligus keluarga.
Kapan Anda menyadari Muhammad Ali adalah seorang legenda?
Saat saya masih kecil, kami pergi ke sebuah bioskop dan restoran bersamanya. Dan ketika di restoran, ada satu orang yang sadar Muhammad Ali datang, lalu semua orang juga ikut melihat ke arah kami dan bertepuk tangan. Saya tidak pernah merasakan hal seperti itu dalam hidup saya sebelumnya. Sebagai anak-anak saat itu saya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Setelah itu saya sadar kakek saya orang penting, tapi saat itu saya tidak begitu tahu seberapa besar dampak yang sudah diberikan [Muhammad Ali] sampai saya SMA. Ketika kelas tiga saya mengerjakan sebuah tugas dengan topik tentang kakek saya, tapi teman-teman sekelas saya tidak ada yang kenal. Tapi setelah itu orang-orang sadar saya cucunya dan betapa besar dampak yang dibuat kakek saya.
Lanjut ke halaman kedua >>>
Tertarik ke Indonesia
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sumber: www.cnnindonesia.com